A.
Infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus,
maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim
paru. (Wijayaningsih, 2013, hal. 1). ISPA: saluran penyakit pernafasan
atas dengan perhatian khusus pada ragdang paru ( pneumonia). Penyakit ISPA
terdiri: bukan pneumonia, pneumonia dan pneumonia berat. (Kunoli, 2012,
hal. 217). ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus,
riketsia) ke dalamsaluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang
dapat berlangsungsampai 14 hari.
B.
Etiologi
Etiologi
ISPA terdiri dari:
1.
Bakteri: streptococcus pneumonia adalah
anggota dari genus streptococcus yang gram positif menyebabkan gejala utama
pneumonia. (peradangan pada dinding alveolus , pneumococcus merupakan
bakteri yang sering kali mengancam anak-anak penyebarannya melalui percikan air
liur (Manurung, 2016, hal. 25)
2.
Virus: coronavirus merupakan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ISPA dan penyebarannya
coronavirus bisa dialihkan lewat udara pada enderita batuk ataupun bersin.
Influenza merupakan virus yang amat menular menyababkan timbulnya flu
penyebarannya lewat udara dengan batuk dan bersin, adenovirus( sekelompok virus
yang menginfeksi selaput dari saluran pernafasan (Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
3.
Biasanya bakteri dan virus tersebut
menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau
belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko
serangan ISPA.
4.
Beberapa faktor lain diperkirakan
berkontribuksi terhadap kejadian ISPA adalah rendahnya asupan antioksidan,
status gizi kurang, buruknya sanitasi lingkungan.(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
C.
Tanda dan
Gejala
1.
Demam : sering tampak sebagai tanda
infeksi pertama. Paling sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu
mencapai 39,5-40,5ºC bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka
rangsang atau terkadang euforia (perasaan senang berlebihan) dan lebih aktif
dari normal, beberapa anak bicara dengan cepat kecepatan yang tidak
biasa.(Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
2.
Anoreksia : merupakan hal yang umum
disertai dengan penyakit masa kanak-kanak sering kali merupakan bukti awal dari
penyakit. Menetap sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit. (Wijayaningsih, 2013, hal. 3)
3.
Muntah : merupakan suatu reflek yang
tidak dapat dikontrol untuk mengeluarkan isi lambung dengan paksa melalui
mulut. Biasanya anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi.(Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 67)
4.
Batuk : merupakan gambaran umum dari
penyakit pernapasan. Dapat menjadi bukti hanya selama fase akut.
(Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
5.
Sakit tenggorokan : merupakan
keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak
akan menolak untuk minum dan makan per oral. (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
6.
Keluar sekret cair dan jernih dari
hidung, sering menyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer dan sedikit atau kental
dan purulen, tergantung pada tipe atau tahap infeksi.(Kunoli, 2012, hal. 1-2)
D.
Patofisiologi
Penularan
penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini
termasuk golongan Air Borne Disease. Sebagian besar penularan melalui
udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit
yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran pernapasan atas (akut)
secara langsung terpajang lingkungan namun infeksi relatif jarang terjadi
berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai bronkus dan
aveoli. Silia bergerak dengan retmis untuk mendorong mokus dan semua
mikroorganisme yang terperangkap didalam mokus, keatas nasofaring tempat mokus
tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung lalu ditelan.
Apabila
dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran pernapasan atas maka
mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan yang ke tiga (sistem imun)
untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai disaluran napas bawah. Respon ini
diperantarai oleh limfosit, tetapi juga melibatkan sel-sel darah putih lainnya,
misalnya makrofak, niotrofil, dan sel mast yang tertarik ke daerah tempat
proses peradangan berlangsung. (Marni, 2014, hal. 26)
E.
Klasifikasi
(Wijayaningsih,
2013, hal. 5)
1.
Ringan
Batuk
tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali per menit, hidung tersumbat
atau berair, tenggorokan merah, telinga berair.
2.
Sedang
Batuk
dan nafas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar
cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis, purulen dengan pembesaran kelenjar
limfe leher yang nyeri tekan ( adentis sevikal ).
3.
Berat
Batuk
dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan bifaring, kejang-kejang, apnea,
dehidrasi berat /tidur terus, tidak ada sianosis.
4.
Sangat berat
Batuk
dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.
F.
Komplikasi
ISPA
(Saluran Pernafasan Akut) sebenarnya merupakan self limited disease yang sembuh
sendiri dalam 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain, tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan penyakit seperti:
- Laringitis : peradangan pada laring (pangkal tenggorokan). Laring terletak dipuncak saluran udara yang menuju ke paru-paru. Disebabkan oleh saluran pernapasan bagian atas.
- Bronkitis : suatu peradangan yang terjadi pada bronkus (saluran udara ke paru-paru yang disebabkan oleh virus dan bakteri). ,
- Sinusitis : suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas (misalnya pilek). (Wahid, 2013, hal. 190)
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
- Identitas
Umur : ISPA bisa menyerang siapa
saja termasuk seseorang yang mengalami kelainan sistem kekebalan tubuh, juga
pada seorang lanjut usia dikarenakan kekebalan tubuh menurun dan juga memiliki
resiko pada balita dan anak-anak, dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka
belum terbentuk sepenuhnya. (Wahid, 2013, hal. 194)
Jenis kelamin : bisa
menyerang laki laki atau perempuan (Wahid, 2013, hal. 194)
- Status kesehatan saat ini
- Keluhan Utama
Keluhan pada klien biasanya ditandai
dengan gejala antar lain Demam dan pilek akibat infeksi pertama dan
peradangan pada tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 194)
- Alasan masuk rumah sakit
Pasien masuk rumah sakit dikarenakan
keluhan muncul mengeluh demam, batuk, pilek dan sakit tenggorokan (Wahid,
2013, hal. 194)
- Riwayat penyakit sekarang
Pada klien penyakit ISPA keluhan
yang ada adalah Demam, batuk, pilek, muntah dan anoreksia. (Wahid, 2013,
hal. 194)
- Riwayat Kesehatan Terdahulu
- Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit
yang dialaminya sebelumnya terutama yang mendukung atau yang memperberat
kondisi sistem pernapasan pada klien saat ini, pernahkah klien menderita Asma,
pneumonia dan sebagainya. (Wahid, 2013, hal. 195)
- Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keturunan anggota
keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien. Salah satu anggota
keluarganya menderita penyakit asma. (Wahid, 2013, hal. 195)
- Riwayat pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi
pengobatan masa lalu dan riwayat alergi, catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu. Klien minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit
tenggorokan. (Wahid, 2013, hal. 195)
- Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum
- Kesadaran
Kesadaran (Biasanya pada penderita
ISPA tingkat kesadaranya adalah composmentis, tetapi jika keadaan pasien sudah
parah maka tingkat kesadarannya bisa Somnolen.) (Wijayaningsih, 2013, hal.
4)
- Tanda- tanda vital
TD : pada
pasien ISPA tensi meningkat
Suhu : suhu meningkat 39-40ºC
RR
:pernapasan meningkat
Nadi : nadi teraba
cepat (Wijayaningsih, 2013, hal. 4)
- Body System
- Sistem pernafasan
(Wijayaningsih, 2013, hal. 5)
- Infeksi
- Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan.
- Tonsil tampak kemerahan dan edema.
- Tampak batuk tidak produktif.
- Tidak ada jaringan parut pada leher.
- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung.
- Palpasi
- Adanya demam.
- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.
- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.
- Perkusi
- Suara paru normal (resonance).
- Auskultasi
- Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru.
- Sistem kardiovaskuler
(Wahid, 2013, hal. 195-196)
- Inspeksi
- Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum
- Palpasi
- Denyut nadi cepat
- Perkusi
- Batas jantung mengalami pengeseran
- Auskultasi
- Tekanan darah meningkat (Wahid, 2013, hal. 195-196)
- Sistem persyarafan
Klien mengalami gejala panas
disertai juga tanda dan gejala seperti pilek, sakit tenggorokan,
demam. (Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem perkemihan
Jarang ditemukan gejala pada sistem
perkemihan (Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien
mengalami nyeri tekan pada tenggorokan, nyeri perut, penurunan nafsu makan.
(Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem integumen
Mengkaji warna kulit integritas
kulit utuh atau tidak, turgor kulit kelihatan kering, panas dan nyeri saat
ditekan.
- Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kelainan didalam sistem
ini kecuali ada komplikasi penyakit lain (Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan kecuali ada
komplikasi. (Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem reproduksi
Tidak ada kelainan pada bentuk alat
kelamin laki-laki maupun perempuan. (Wahid, 2013, hal. 196)
- Sistem penginderaan
Pada sistem pengindraan bagian
konjungtiva, sklera normal dan pupil dapat menangkap cahaya dengan
baik. (Marni, 2014, hal. 26)
- Sistem imun
Biasanya gejala terjadi saat
kekebalan tubuh menurun. (Wahid, 2013, hal. 194)
- Pemeriksaan penunjang
- Kultur : pemeriksaan kultur untuk mengidentifikasi mikroganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada sistem pernafasan.
- Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data tentang pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan difusi paru.
- Biopsi :pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan.
- Pemeriksaan gas darah arteri : pemeriksaan untuk memberikan data objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar dan keseimbangan asam basa.
- Radiologi dada: untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB, PNEUMONIA, ABSES PARU dll
Pemeriksaan sputum : untuk
mengidentifikasi organisme patogenik dan untuk menentukan apakah terdapat
sel-sel maligna atau tidak. (Kunoli, 2012, hal. 219-220)
- Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapat 2 dari 3 tujuana program turunya kematian
atau penggunaan anti biotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA.
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA
akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak
mengurangi pengunaan antibiotik untuk kasus kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi pengunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.
- Ringan : tampa pemberian obat antibiotik, diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
- Sedang : ISPA yang sedang diberikan obat kotrimoksazol peroral. Jika keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksilin, atau penisilin prokain.
- Berat : dirawat dirumah sakit dan diberikan anti biotik parenteral, oksigen dan sebagainnya.(Kunoli, 2012, hal. 220)
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang bisa
muncul dari pasien ISPA adalah sebagai berikut :
Diagnosa I
- Bersihan jalan nafas tidak efektif .(SDKI, 2016)
Definisi: ketidak mampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
- Batasan karateristik
Subjektif: dispnea, sulit
berbicara,ortopnea
Objektif:. Batuk tidak efektif,
tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, whezing dan ronkhi kering, mekonium
dijalan napas, gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun,frekuensi nafas berubah dan
pola nafas berubah.
- Faktor yang berhubungan
Lingkungan: merokok, menghirup asap
rokok, dan perokok pasif.
Obstruktif jalan nafas: spasme jalan
nafas, retensi sekret, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing.
Fisiologis: disfungsi neuromuskulor,
hiperplasia dinding bronkial, PPOK, infeksi, asma, jalan nafas alergik( trauma
).
Diagnosa II
- Peningkatan suhu tubuh(SDKI, 2016, hal. 284)
Definisi : resiko tehadap kegagalan untuk mempelihara suhu tubuh
dalam batas normal.
- Batasan karateristik
Subjektif : tidak tersedia
Objektif : perubahan laju
metabolisme, dehidrasi, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat.
- Faktor yang berhubungan
Proses infeksi hiperteroid, stroke ,
dehidrasi, trauma, dan prematuritas.
Diagnosa III
- Nutrisi kurang dari kebutuhan
Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
- Batasan karakteristik
Subjektif: kram abdomen, nyeri
abdomen (dengan atau tanpa penyakit), menolak makan, indigesti (non-NANDA
Internasional),
Objektif: pembuluh kapiler rapuh,
diare atau steator, kekurangan makanan, kehilangan rambut yang berlebihan,
bising usus hiperaktif, kurang informasi,membran mukosa pucat, tonus otot
memburuk, menolak untuk makan dan rongga mulut terluka.
- Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan untuk menelan atau
mencerna makanan atau mennyerap nutrian akibat faktor biologis, psikologis,
atau ekonomi termasuk beberapa contoh: ketergantungan zat kimia, penyakit
kronik, kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi makanan,
mual muntah dan hilang nafsu makan.
Diagnosa IV
- Nyeri akut (SDKI, 2016, hal. 172)
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
- Batasan karakteristik
Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif: tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, TD meningkat, nafsu
makan berubah dan berfokus pada diri sendiri.
- Faktor yang berhubungan
Agents-agents, sindrom koroner akut,
infeksi penyebab cidera( misalnya biologis,kimia,fisik, dan psikologis)
- Intervensi
- Bersihan jalan nafas tidak efektif (Wilkinson, 2016, hal. 25-26)
- Tujuan dan kriteria hasil: Menunjukan bersihan jalan napas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan aspirasi: status pernafasan: kepatenan jalan nafas dan ventilasi tidak terganggu.Menunjukan status pernafasan : kepatenan jalan nafas yang dibuktikan oleh indikator gangguan ekstrem 1-5 berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan frekuensi dan irama pernapasan, kedalaman inspirasi, dan kemampuan untuk membersihkan sekresi.Contoh lain: batuk efektif, mengeluarkan sekret secara efektif, mempunyai jalan nafas yang paten, pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas yang jernih, mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang normal, mempunyai fungsi paru dalam batas normal.
- Intervensi NIC
Aktivitas
keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 27)
- kaji dan dokumentasikan hal- hal berikut ini: keefektiffan pemberian oksigen dan terapi lain, keefektiffan obat yang diprogramkan, hasil oksimetri nadi.
- Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara nafas tambahan.
- Pengisapan jalan nafas (NIC): tentukan kebutuhan pengisapan oral atau trakea pantau status oksigen pasien dan irama jantung segera sebelum, selama, dan setelah pengisapan catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan.
Penyuluhan untuk
pasien/keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 27)
- Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis: oksigen, mesin pengisapan, spirometer, inhaler, dan IPPB)
- Informasikan pada pasien dan keluarga tentan larangan merokok.
- Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan tehnik nafas dalam memudahkan pengeluaran sekret.
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang sputum seperti warna, karakter, jumlah dan bau.
- Pengisapan jalan nafas (NIC ): instruksikan kepada pasien dan atau keluarga tentang cara pengisapan jalan nafas.
Aktivitas
kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 26)
- Rundingkan dengan ahli pernafasan.
- Konsultasikan dengan dokter.
- Berikan udara / oksigen sesuai kebijakan institusi.
- Lakukan terapi alat bantu aerosol, nebulizer, ultrasonik dan perawatan paru.
- Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
Aktivitas lain (Wilkinson,
2016, hal. 27)
- Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret.
- Anjurkan penggunaan spirometer intensif (smith sims, 2011).
- Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindakan pasien dari satu sisi tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain kurang lebih 2 kali sehari).
- Informasikan pasien sebelum melakukan prosedur.
- Berikan pasien dukungan emosi. .
- Peningkatan suhu tubuh
- Tujuan dan kriteria hasil : NOC(Wilkinson, 2016, hal. 47)
Menunjukkan Termoregulasi,
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut: (gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gangguan) peningkatan suhu tubuh, penurunan suhu
tubuh, hipertermia, hipotermia.
- Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 47)
- Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada pencegahan ketidakseimbangan suhu tubuh dengan mengidentifikasi faktor resiko dan melakukan intervensi secara tepat.
- Kaji tanda dan gejala awal hipotermia (SEPERTI MENGIGIL, pucat, bagian dasar kuku sianosisi, pengisian ualang kapiler lambat, piloereksi, disritmia) dan hipertermia.
- Untuk orang dewasa, lakukan pemeriksaan suhu oral (bukan timpanik atau aksila), suhu oral lebih akurat
- Regulasi suhu (NIC) pantau dan laorkan tanda atau gejala hipotermia.
Penyuluhan untuk
pasien/keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 47)
- Instrukikan pasien dan keluarga tentang tindakan untuk meminimalkan fluktuasi suhu:
Untuk hipertermia
Minum cairan yang cukup di hari/cuaca
panas, batasi aktivitas pada hari yang panas, kurangi berat badan, jika
obesitas pertahankan suhu lingkungan yang stabil, lepaskan baju yang
berlebihan.
Untuk hipotermia
Mandi pada ruang yang hangat, jauh
dari aliran udara, tingkatkan aktivitas, batasi alkohol, pertahankan nutrisi
yang adekuat, pelihara suhu lingkungan yang stabil, gunakan pakaian yang cukup.
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk mengenali dan melaporkan tanda dan gejala awal hipotermia dan hipertermia: Untuk Hipertermia: kulit kering, sakit kepala, peningkatan nadi, peningkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas 37,8ºC, dan kelemahan.
Untuk Hipotermia: Apatis, dingin,
abdomen keras yang terasa sperti batu, disorientasi dan konfusi, mengantuk,
hipertensi, hipoglikemia, kerusakan kemampuan untuk berfikir, nadi dan
pernapasan lambat, kulit keras dan dingin saat disentuh, suhu kurang dari 35ºC.
Aktivitas Kolaboratif (Wilkinson,
2016, hal. 48)
- Laporkan kepada dokter jika hidrasi adekuat tidak dapat dipertahankan.
- Lakukan perujukan ke lembaga sosial untuk layanan (misalnya: kipas angin, pemanas) yang diperlukan di rumah.
- Regulasi Suhu (NIC): berikan obat antipiretik, jika perlu.
Aktifitas Lain (Wilkinson, 2016,
hal. 48)
- Regulasi Suhu (NIC): Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien.
- Nutrisi kurang dari kebutuhan
- Tujuan atau kriteria hasil(Wilkinson, 2016, hal. 284)
Memperlihatkan status nutrisi yang
dibuktikan oleh indikator 1-5: gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau
tidak ada penyimpangan dari rentang normalAsupan gizi,asupan makanan, asupan
cairan,energi.
- Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan (Wilkinson,
2016, hal. 284)
- Kaji tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan.
- Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
- Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit.
- Manajemen nutrisi NIC
Ketahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori
pada catatan asupan Timbang pasien pada interval yang tepat.
Penyuluhan untuk pasien atau
keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 284)
- Ajarkan metode untuk perencanaan makan
- Ajarkan pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.
- Manajemen nutrisi (NIC) berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas kolaboratif (Wilkinson,
2016, hal. 285)
- Diskusikan dengan ahli gizi
- Diskusikan dengan dokter
- Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
- Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat.
- Manajemen nutrisi ( NIC ): tentukan, dengan melakukan kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ( khususnya untuk pasien dengan kebutuhan energi tinggi seperti pasien pascabedah dan luka bakar, trauma, demam, dan luka).
Aktivitas lain (Wilkinson,
2016, hal. 285)
- Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makanan, lingkungan makanan,kesukaan dan ketidaksukaan makanan, serta suhu makanan.
- Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realitis untuk latihan fisik dan asupan makanan.
- Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik dilokasi terlihat jelas dan kaji ulang setiap harinya.
- Tawarkan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi.
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk dimakan.
- Hindari prosedur invasif sebelum makan
- Suapin pasien jika perlu
- Nyeri akut
- Tujuan /kriteria hasil (Wilkinson, 2016, hal. 297)
Memperlihatkan pengendalian nyeri,
yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut 1-5 tidak pernah, jarang,
kadang-kadang, sering atau selalu. Mengenali awitan nyeri,menggunakan tindakan
pencegahan, melaporkan nyeri dapat dikendalikan .Ekspresi nyeri pada wajah,
gelisah atau ketegangan otot, durasi episode nyeri,merintih dan gelisah,
menangis.
- Intervensi NIC
Aktivitas
keperawatan (Wilkinson, 2016, hal. 298)
- Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian.
- Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0-10(0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri hebat).
- Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesik dan kemungkinan efek sampingnya.
- Kaji dampak agama , budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respons pasien.
- Manajemen nyeri(NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,awitan dan durasi, frekuensi,
kualitas,itensitas atau keparhan nyeri, faktor presipitasinya.
Observasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif.
Penyuluhan untuk pasien atau
keluarga (Wilkinson, 2016, hal. 298)
- Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengomsumsi obat tersebut.
- Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
- Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
- Perbaiki kesalahan analgesik narkotik atau opioid.
- Manajemen nyeri ( NIC ) Berikan informasi tentang nyeri, penyebabnya, juga antipasinya.
- Ajarkan penggunaan tehnik nonfarmakologi.
Aktivitas
kolaboratif (Wilkinson, 2016, hal. 298)
- Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal.
- Manajemen nyeri NIC
Gunakan tindakan pengendalian nyeri
sebelum nyeri menjadi lebih berat.
Laporkan kepada dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dan
pengalaman nyeri pasien dimasa lalu.
Aktivitas lain. (Wilkinson,
2016, hal. 298)
- Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan efek samping.
- Bantu pasien mengidentifikasikan tindakan kenyamanan yang efektif.
- Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman.
- Bantu pasien untuk fokus ke aktivitas bukan pada nyeri
- Gunakan pendekatan yang positif.
- Eksplorasi perasaan takut ketagihan.
DAFTAR PUSTAKA
Kunoli, F. J. (2012). Asuhan
Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi
Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: Trans Info Media.
Marni. (2014). Asuhan Keperawatan
pada Anak Sakit. Yogyakarta: Gosyen.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H.
(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis dan Nanda Nic – Noc.
Jogjakarta: Mediaction.
SDKI. (2016). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.
Wahid, A. (2013). Asuhan
Keperawatan pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta Timur: Trans Info
Media.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan
Keperawatan Anak. Jakarta Timur: Trans Info Media.
Wilkinson, J. (2016). Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment