
- Pengalaman yang kita hadapi sepanjang masa kecil ternyata berdampak besar pada pembentukan identitas kita ketika mencapai usia dewasa. Rasa yang sangat mendalam seperti perasaan tak tercinta atau ditinggalkan dapat menimbulkan bekas emosi yang kuat dalam diri seseorang.
Perasaan susah dan menyakitkan dari waktu lampau kerap tak sadar tampil dalam bentuk tingkah laku tertentu saat kita berkomunikasi di usia matang. Kejadian-kejadian ini timbul seperti sistem perlindungan guna menyelesaikan lukanya yang mungkin masih belum benar-benar sembuh semenjak dulu.
Menurut Geediting.com pada hari Minggu (11/05), berikut ini adalah sejumlah sikap khas yang umumnya ditunjukkan oleh orang dewasa yang secara dalam diri mereka masih merasa kurang tercinta saat kecil.
1. Tantangan dalam Mengatakan Tidak kepada Permintaan Oranglain
Salah satu ciri utamanya adalah keinginan yang kuat untuk selalu setuju dan merespon dengan positif terhadap segala permintaan dari pihak lain, bahkan jika hal ini memberikan beban besar bagi dirinya sendiri. Terdapat ketakutan mendalam bahwa pengabaian atau penolakan dapat menyebabkan dia ditinggalkan atau menjadi tidak disenangi oleh orang tersebut di masa depan.
2. Ketakutan Dilupakan Oleh Kekasih Terdekatnya
Seringkali mereka dihadapkan pada kekhawatiran yang sangat kuat serta perasaan tak berdaya saat adanya kemungkinan jarak antara diri dengan orang-orang dekat mulai terbentur atau ancaman. Rasa takut yang mendalam ini dapat timbul menjadi sikap bergantung secara berlebihan, atau malah sebaliknya membuat individu tersebut memilih untuk mundur duluan guna menghindari pengalaman ditolak.
3. Memiliki harga diri sangat rendah
Mereka sering kali bersikap sangat keras pada diri sendiri dari sudut pandang internal, bahkan saat orang lain mengenali banyak sisi baik dalam dirinya. Rasa rendah harga diri yang mendalam akibat pengalaman masa lalu susah untuk dibuang walaupun telah meraih kesuksesan besar di usia dewasa.
4. Terus Menjaga Pandangan Orang Lain
Rasa percaya diri dan nilai diri mereka seolah sangat bergantung pada validasi, pujian, atau persetujuan yang datang secara eksplisit dari orang lain di lingkungan sekitar. Mereka merasa belum sepenuhnya cukup baik atau bernilai sampai ada orang lain yang memberikan afirmasi positif atas keberadaan atau pencapaian mereka.
5. Kesulitan Mempercayai Niat Baik Orang Lain
Memerlukan waktu cukup panjang serta berbagai bukti yang konsisten agar mereka dapat benar-benar percaya pada kesungguhan atau kejujuran niat baik seseorang yang baru dikenali. Momen sulit dari masa lalu kerapkali menciptakan sikap waspada dan rasa curiga terhadap motivasi terselubung individu di sekeliling mereka.
6. Hindari Hubungan Empati yang Terlalu Intensif
Membuka diri sepenuhnya secara emosional atau menunjukkan kerentanan di hadapan orang lain terasa seperti tindakan yang sangat berisiko dan menakutkan bagi mereka. Ada rasa takut tersembunyi bahwa jika orang lain benar-benar melihat ke dalam diri mereka, mereka akan segera ditinggalkan atau ditolak begitu saja.
7. Merespons dengan keras terhadap kritikan kecil
Umpan balik atau saran yang sejatinya konstruktif bahkan jika lembut dapat tetap dirasakan sebagai serangan pribadi yang merusak harga diri mereka. Tingkat sensitivitas yang ekstrem terhadap kritik biasanya menyebabkan respon emosi yang intens, berlebihan, serta sesekali sukar untuk dikelola.
Memahami pola-pola ini bisa memberikan wawasan bahwa penyebab utama masalah biasanya bermula dari pengalaman emosi negatif pada masa kanak-kanak. Tindakan-tindakan itu sebenarnya tidak menunjukkan ketidakmampuan, tetapi justru merupakan upaya individu untuk mengatasi rasa sakit dalam diri mereka yang belum sembuh total sampai saat ini.
(*)
0 Komentar