Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Mengenal 9 Kebiasaan Orang dengan Empati Rendah: Apakah Anda Pernah Melihat Tanda-tandanya?

- Apakah Anda pernah menemui seseorang yang sepertinya sangat kesulitan untuk memahami emosi atau perspektif orang lain saat berinteraksi sehari-hari? Seolah ada tembok transparan yang mencegah mereka merasakan hal yang sama dengan orang-orang di sekelilingnya pada situasi tertentu.

Psikolog menggambarkan situasi di mana seseorang kurang merespons emosi orang lain sebagai rendahnya tingkat empati, atau bisa juga hingga nihil sama sekali. Ironisnya, individu dengan karakteristik tersebut kerapkali tak sadar akan pengaruh tindakan mereka terhadap perasaan orang lain. Berdasarkan informasi dari Geediting.com pada hari Minggu, 11 Mei, ada sembilan sikap umum yang cenderung ditunjukkan oleh pribadi-pribadi dengan sedikit empati secara tidak disadari.

1. Mendominasi Percakapan Sepenuhnya

Cenderung suka mencuri perhatian ketika sedang ngobrol, selalu saja bercerita tanpa henti dan tak membiarkan tempat untuk mendengarkan oranglain. Mereka jarang sekali berdiam diri sebentar atau bertanya lebih dalam lagi tentang apa yang disampaikan oleh lawan bicaranya sebagai tanda bahwa mereka peduli dengan masukan tersebut.

2. Jangan Ungkapkan Keaslian Pengalaman Pribadi Anda

Seseorang yang kurang memiliki rasa empati bisa nampaknya sedang mendengarkan secara baik-baik, namun pada dasarnya mereka tak sungguh-sungguh mempedulikan keadaanmu. Mereka enggan untuk menanyakan hal-hal lebih jauh dan berupaya membayangkan kondisi tersebut lewat pengalaman kamu, biasanya kelihatan gelisah atau bosan.

3. Terlalu Sering Menginterupsi Atau Membatalkan Yang Sedang Berbicara

Mereka memiliki kecenderungan untuk mengakhiri percakapan orang lain di tengah kalimat, yang mencerminkan ketidakpedulian terhadap pemikiran atau emosi pihak lain. Tindakan tersebut secara tersirat menyampaikan bahwa pendapat mereka sangatlah prioritas daripada milik orang lain.

4. Sering Kekurangan Dalam Memberikan Maaf yang Tulus

Mereka mengalami kesulitan besar dalam menyatakan permohonan maaf yang tulus lantaran tak bisa melewati rasa egosentrismenya sendiri. Sebagian besar waktu, ucapan minta maaf justru dipandang sebagai bentuk serangan personal bukannya elemen biasa dari interaksi interpersonal yang harmonis.

5. Menyalakan Kepada orang lain atas setiap masalah yang ada

Mereka umumnya menjauhi kewajiban dan justru mencari metode supaya pihak lain merasa bertanggung jawab terhadap masalah mereka sendiri. Sikap hancurkan ini menyebabkan orang lain ragu untuk mendekati individu yang menolak mengakui kekeliruan dirinya.

6. Acuhkan atau Sepelekan Perasaanmu

Orang-orang tersebut meminimalisir emosi yang diperlihatkan oleh orang lain, enggan memberikan dukungan sungguhan, dan justru melabelinya sebagai respons yang terlalu besar. Pendekatan seperti itu dapat merusak keyakinan diri serta harga diri individunya.

7. Kesulitan Mengartikan Sinyal Sosial Subtil

Mereka kerap melewatkan petunjuk sosial halus semacam perubahan infeksi nada, ekspresi fisik, ataupun indikasi ketidakmampuan mengekspresikan emosi. Ini mencerminkan kurangnya pemahaman emosional di dalam berinteraksi dengan orang lain sepanjang hari.

8. Jadikan Semuanya Tentang Dirimu Sendiri

Mereka akan selalu mengarahkan kembali topik pembicaraan pada drama atau masalah pribadi mereka sendiri. Bahkan ketika orang lain sedang dalam krisis, fokus obrolan akan tetap berpusat pada pendekatan yang sangat mementingkan diri sendiri.

9. Gunakan Sumber Daya Orang Lain untuk Kepentingan Diri Sendiri

Salah satu tindakan yang sangat merusak adalah memperlakukan orang lain sebagai sarana untuk mencapai ambisi sendiri tanpa memedulikan konsekuensinya. Mereka bisa saja memberikan dukungan atau persahabatan hanya agar dapat meninggalkan Anda begitu mereka telah mendapat apa yang diinginkan, hal ini mencerminkan sikap egois serta kurangnya belas kasihan.

Memahami kesembilan tindakan ini cukup vital dalam menginterpretasikan bagaimana relasi berjalan bersama individu-individu di lingkaran sosial Anda yang mungkin kurang sensitif. Perlu ditegaskan bahwa biasanya hal tersebut dilakukan tanpa niat, namun konsekuensinya dapat dirasakan secara signifikan oleh pihak lain dalam konteks bermasyarakat. (*)

Posting Komentar

0 Komentar