A. PENGERTIAN
Halusinasi
merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanda ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra
tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014: 129)Halusinasi adaah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.(Kusumawati
& Hartono, 2012:102)Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53).
B. KLASIFIKASI HALUSINASI
Pada
klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik
tertentu, diantaranya : a.Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai dengan
mendengarsuara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengarsuara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu. b.Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya
stimuluspenglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,gambar
kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan. c.Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai
dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine
atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan
stroke, tumor, kejang dan dementia. d.Halusinasi peraba : karakteristik
ditandai dengan adanyarasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain. e.Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis dan menjijikkan. f.Halusinasi sinestetik : karakteristik
ditandai dengan merasakan fungsitubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
C. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
1.
Faktor Predisposisi
a.
Faktor Perkembangan
Tugas
perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan pasien
tidak
mampu mandiri sehjak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih
rentan terhadap stress.
b.
Faktor Sosiokultural
Seseorang
yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan,
kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
c.
Faktor Biokimia
Mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebih dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan teraktivasinya
neutransmitter otak.
d.
Faktor Psikologi
Tipe
kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alamnyataa menuju alam hayal.
e.
Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian
menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia cenderung
mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini. (Prabowo, 2014:
132-133)
2.
Faktor Presipitasi
a.
Biologis
Gangguan
dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterprestasikan.
b.
Stress Lingkungan
Ambang
toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.
Sumber Koping
Sumber
koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.(Prabowo, 2014:
133).
d.
Perilaku
Respons
klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
1.
Dimensi fisik
Halusianasi
dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
2.
Dimensi emosional
Perasaan
cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah
memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
3.
Dimensi intelektual
Dalam
dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan
usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku klien.
4.
Dimensi sosial
Klien
mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting, klien
menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh
individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya
atau orang lain individu cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interkasi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5.
Dimensi spiritual
Secara
spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas, tidak
bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.(Damaiyanti, 2012: 57-58)
D. JENIS HALUSINASI
Halusinasi
terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik tertentu, diantaranya:
- Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan
stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-suara orang,
biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
- Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus
visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya, gambaraan
geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan komplesk. Bayangan
bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
- Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan
stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau busuk, amis, dan bau
yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau
harum. Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
- Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan
stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak tanpa stimulus
yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
- Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan
stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikkan.
- Halusinasi sinestetik
Gangguan
stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalirmelalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
(Yosep Iyus, 2007: 130)
- Halusinasi Viseral
Timbulnya
perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a.
Depersonalisasi adalah perasaan aneh
pada dirinya bahwa pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus
parietalis. Misalnya sering merasa diringa terpecah dua.
b.
Derelisasi adalah suatu perasaan aneh
tentang lingkungan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala
suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012: 55-56).
E. Rentang Respon
Persepsi
mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi
akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif
yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rentang
Respon:
- Respon adaptif
Respon
adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu
masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
a.
Pikiran logis adalah pandangan yang
mengarah pada kenyataan
b.
Persepsi akurat adalah pandangan yang
tepat pada kenyataan
c.
Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu
perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
d.
Perilaku social adalah sikap dan tingkah
laku yang masih dalam batas kewajaran
e.
Hubungan social adalah proses suatu
interaksi dengan orang lain dan lingkungan.
- Respon psikosossial
Meliputi
:
a.
Proses piker terganggu adalah proses
pikir yang menimbulkan gangguan
b.
Ilusi adalah miss interprestasi atau
penilaian yang salah tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indra
c.
Emosi berlebih atau berkurang
d.
Perilaku tidak biasa adalah sikap dan
tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
e.
Menarik diri adalah percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain.
- Respon maladapttif
Respon
maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang
dari norma-norma social budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive
antara lain :
a.
Kelainan pikiran adalah keyakinan yang
secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
b.
Halusinasi merupakan persepsi sensori
yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c.
Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu
yang timbul dari hati.
d.
Perilaku tidak terorganisi rmerupakan
sesuatu yang tidak teratur
e.
Isolasi sosisal adalah kondisi
kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh
orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam.(Damaiyanti,2012:
54)
F. Proses Terjadinya Masalah
Tahapan
terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki karakteristik
yang berdeda yaitu:
- Fase I
Pasien
mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut
serta mencoba berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Di sini pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
- Fase II
Pengalaman
sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas kendali dan mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda
vital ( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna pengalaman
sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan reaita.
- Fase III
Pasien
berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada
halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan dengan orang ain,
berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang ain dan berada
dalam kondisi yang sangat menegangkan terutamajika akan berhubungan dengan
orang lain.
- Fase IV
Pengalaman
sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah halusinasi. Di sni
terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari 1orang.
Kondisi pasien sangan membahayakan. ( Prabowo, 2014: 130-131)
G. Tanda dan Gejala
Perilaku
paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
- Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
- Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat
- Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
- Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
- Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
- Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
- Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan takut
- Sulit berhubungan dengan orang laini.Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
- Tidak mampu mengikuti perintahk.Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo, 2014: 133-134)
Akibat
Akibat
dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan ingkungan. Ini
diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya.( Prabowo, 2014: 134)
Mekanisme Koping
- Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
- Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
- Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal. (Prabowo, 2014:134)
H. Penatalaksanaan
Pengobatan
harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting
karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat
pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas
minum obat
- Farmakoterapi
Neuroleptika
dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun
penyakit.Neuroleptika dengan dosis efek tiftinggi bermanfaat pada penderita
psikomotorik yang meningkat.
- Terapi kejang listrik
Terapi
kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang
pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi,
dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
- Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi
suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan
praktis dengan maksud mempersiapkan pasien kembalikemasyarakat, selain itu
terapi kerja sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain,
perawat dan dokter. Maksudnya supaya pasien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan
permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
a.
Terapi aktivitas
1)
Terapi music
Focus
; mendengar ; memainkan alat musik ; bernyanyi. yaitu menikmati dengan relaksasi
music yang disukai pasien.
2)
Terapi seni
Focus:
untuk mengekspresikan perasaan melalui beberapapekerjaan seni.
3)
Terapi menari
Focus
pada: ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh
4)
Terapi relaksasi
Belajar
dan praktik relaksasi dalam kelompokRasional : untuk koping/perilaku mal
adaptif/deskriptif meningkatkan partisipasi dan kesenangan pasien dalam
kehidupan.
5)
Terapi social
Pasien
belajar bersosialisai dengan pasien lain
6)
Terapi kelompok
a)
Terapi group (kelompok terapeutik)
b)
Terapi aktivitas kelompok (adjunctive
group activity therapy)
c)
TAK Stimulus Persepsi; Halusinasi
Sesi
1 : Mengenal halusinasi
Sesi
2 ; Mengontrol halusinasi dengan menghardik
Sesi
3 ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
Sesi
4 ; Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Sesi
5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
d)
Terapi lingkungan
Suasana
rumah sakit dibuat seperti suasana d idalam keluarga( Home Like
Atmosphere).(Prabowo,2014: 134-136)
I. Diagnosa Keperawatan
Perubahan
sensori persepsi: halusinasi b/d menarik diri
Rencana asuhan Keperawatan
Tujuan
Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi
yang dialaminya
Tujuan
Khusus
TUK1: pasien dapat membina hubungan
saling percaya
Kriteria
Hasil
Setelah 1 X interaksi, pasien mampu
membina hubungan saling percaya dengan perawat dengan kriteria: ekspresi wajah
bersahabat, menunjukkan rasa senang, da kontak mata, mau berjabat tangan,
maumenyebutkan nama, mau dududk berdampingan dengan perawat, mau mengungkapkan
perasaannya
Intervensi
Bina hubungna saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
- Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
- Perkenakan nama, nama panggilan dan tujuan perawat berkenalan
- Tanyakan nama lengkap dan panggilan yang disukai pasien
- Buat kontrak yang jelase)Tunjukkan sikap jujur dan menunjukkan sikap empati serta menerima apa adanya
- Beri perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasarpasien
- Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
- Dengarkan ungkapan pasien dengan penuh perhatian ada ekspresi perasaan pasien.
TUK 2: pasien dapat mengenal
halusinasinya
Kriteria
Hasil
Setelah 2 X interaksi, pasien dapat
menyebutkan:
- Isi
- Waktu
- Frekuensi
- Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi
Intervensi
- Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
- Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi ( verbal dan nono verbal)
- Bantu mengenal halusinasi
- Jika pasien tidak sedang berhalusinasi klarivikasi tentang adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan pasien isi, waktu, dn frekuensi halusinasi pagi, siang , sore, malam atau sering, jarang )
- Diskusikan tentang apa yang dirasakaan saat terjadi hausinasi
- Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi halusinasi
- Diskusikan tentang dampak yang akan dialami jika pasien menikmati halusinasinya.
TUK 3 : pasien dapat
mengontrolhalusinasinya
Kriteria
Hasil
Seteah 2 Xinteraksi pasien
menyebutkan tindakan yang biasanya diakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi
- Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika terjadi halusinasi
- Diskusikan manfaat cara yang digunakan paisen
- Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol halusinasi
- Bantu pasien memiih cara yang sudah dianjurkan dan latih untuk mencobanya
- Pantau pelaksanaan tindakan yang telah dipiih dan dilatih, jika berhasi beri pujian
TUK 4 : pasien dapat dukungan dari
keluarga daam mengontrol hausinasi
Kriteria
Hasil
Setelah 2X interaksi keluarga
menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat
Intervensi
- Buat kontak pertemuan dengan keluarga (waktu, topik, tempat)
- Diskusikan dengan keluarga : pemgertian halusianasi, tanda gejala, proses terjadi, cara yang bisa diakukan oleh pasien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat-obat halusinasi, cara merawat pasien halusinasi dirumah, beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan.
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluargae.
TUK 5: pasien dapat
menggunakanobatdengan benar
Kriteria
Hasil
Setelah 2X interaksi pasien
mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar
Intervensi
- Diskusikan tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, nama, frekuensi, efek samping minum obat
- Pantau saat pasien minum obat
- Anjurkan pasien minta sendiri obatnya pada perawat
- Beri reinforcemen jika pasien menggunakan obat dengan benar
- Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter
- Anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter/perawat jika terjadi hal-hayang tidak diinginkan. (Prabowo, 2014)
DAFTAR
PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014).
Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.
Iyus, Y. (2007).
Keperawatan Jiwa.Bandung: PT refika Aditama.
Mukhripah Damayanti,
Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama.
Sundeen, S. A. (1998).
Keperawatan Jiwa Edisi III.Jakarta: EGC.
Wijayaningsih, K. s.
(2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.Jakarta Timur: TIM.
No comments:
Post a Comment