CARI

Saturday, March 2, 2019

ASKEP/ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA



A.  Pengertian
Hernia inguinalisadalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah sela paha (regio inguinalis). (Haryono, 2012). Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis inguinalis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2010).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis eksternus (Mansjoer, 2001).
Hernia adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman, 2002, hal 153).
Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Suster nada, 21 juli 2007).
B.  Etiologi

Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
Kelainan kongenital atau kelainan bawaan. Kelainan didapat, meliputi :
  1. Jaringan kelemahan.
  2. Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
  3. Trauma
  4. Kegemukan
  5. Melakukan pekerjaan berat
  6. Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.
C.  Patofisiologi
Tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable. Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan. Dari pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).
Pada hernia karena kelainan kongenital yang terjadi bawaan lahir, kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus.  Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Soeparman, dkk. 2001).
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup (Soeparman, dkk. 2001).
D.  Klasifikasi Hernia
  1. Hernia Menurut Lokasinya.
a.     Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jenis ini merupakan yang tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b.    Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam kantung scrotum ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum membesar.
c.     Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia jenis ini terjadi pada bayi yang baru lahir yang disebabkan karena kelainaan kongenital.
d.    Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus di paha.
  1. Hernia Menurut Isinya
a.     Hernia usus halus adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah usus halus.
b.    Henia Omentum
Hernia omentum adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah penyangga usus. Omentum adalah berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c.     Hernia Nukleus Pulposus
Adalah jenis hernia yang terjadi apabila, system syaraf pusat atau sumsum tulang belakang pada vertebra terjepi pada discus vertebrae terjadi karena trauma yang melibatkan tulang belakang misalmya jatuh dalam posisi terduduk.
  1. Hernia Menurut Sifatnya
a.       Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.
b.      Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritonial. Penatalaksanaan harus dengan operasi.
c.       Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
E.   Penatalaksanaan
Pada hernia inguinalis lateralis responbilitas maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang iresponbilitas, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.
  1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
  1. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
  1. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
  1. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan muskulus tranversus internus abdominis dan muskulus oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa musculus transversus abdominis, musculus oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mac Vay. Bila defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
F.   Diagnosa Keperawatan
Menurut Merelyn E, Doengoes (2000), diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Hernia Scrotalis pasca operasi antara lain sebagai berikut:
  1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan dan proses inflamasi luka operasi.
  2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive.
  3. Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post operasi dan efek anastesi.
  4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi.
  5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan immobilisasi post operasi.
  6. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat trauma dan bedah perbaikan/insisi post operasi.
  7. Resiko tinggi retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
  8. Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi Gastrointestinal yang berkenaan dengan adanya hernia post operasi dan kurangnya informasi.


DAFTAR PUSTAKA


Brooker, C. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.
Liu, T., &Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing Group.
Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah SistemPencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan SistemPencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nanda. 2013.Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi.Jakarta: EGC.
Reksoprodjo, S. 2006. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

No comments:

Post a Comment