A. Pengertian
Hernia
inguinalisadalah hernia berisi
abdomen yang menonjol di daerah
sela paha (regio inguinalis). (Haryono, 2012).
Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral pembuluh epigastrika inferior melalui dua
pintu yaitu anulus dan kanalis
inguinalis. (Sjamsuhidajat
& Jong, 2010).
Hernia
inguinalis lateralis adalah
hernia yang melalui annulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis
eksternus (Mansjoer, 2001).
Hernia
adalah keluarnya bagian dalam dari tempat biasanya. Hernia scrotal adalah burut
lipat pada laki-laki yang turun sampai ke dalam kantung buah zakar (Laksman,
2002, hal 153).
Hernia
adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana
organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Suster
nada, 21 juli 2007).
B. Etiologi
Hal
yang mengakibatkan hernia
menurut Haryono (2012) adalah :
Kelainan
kongenital atau kelainan bawaan. Kelainan didapat, meliputi :
- Jaringan kelemahan.
- Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
- Trauma
- Kegemukan
- Melakukan pekerjaan berat
- Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar.
C. Patofisiologi
Tonjolan
yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali secara spontan maupun dengan
berbaring tetapi membutuhkan dorongan
dengan jari yang disebut
hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka dapat
terjadi perlengketan dan lama kelamaan
perlengketan tersebut menyebabkan tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka
dilakukan pembedahan. Dari
pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya
dapat menimbulkan nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan resiko
infeksi. ( Liu & Campbell, 2011
).
Pada hernia karena kelainan
kongenital yang terjadi bawaan lahir, kanalis inguinalis dalam kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke – 8
dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut.
Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi
tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi
lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering
belum menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,
maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal,
kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan (Soeparman, dkk. 2001).
Bila prosesus terbuka sebagian, maka
akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak
berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya
hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup (Soeparman, dkk. 2001).
D. Klasifikasi Hernia
- Hernia Menurut Lokasinya.
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang
terjadi dilipatan paha. Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti
saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jenis ini merupakan yang
tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan istilah turun
berok atau burut.
b. Hernia
Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam kantung scrotum
ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong scrotum
dan menekan pada isi kantung scrotum sehingga scrotum membesar.
c. Hernia umbilikus adalah hernia yang
tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus pada pusat atau sering
disebut hernia di pusat, hernia jenis ini terjadi pada bayi yang baru lahir
yang disebabkan karena kelainaan kongenital.
d. Hernia femoralis adalah hernia yang
tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus di paha.
- Hernia Menurut Isinya
a. Hernia usus halus adalah hernia yang
terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah usus halus.
b. Henia Omentum
Hernia omentum adalah hernia yang
terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah penyangga usus. Omentum adalah
berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
c. Hernia Nukleus Pulposus
Adalah jenis hernia yang terjadi
apabila, system syaraf pusat atau sumsum tulang belakang pada vertebra terjepi
pada discus vertebrae terjadi karena trauma yang melibatkan tulang belakang
misalmya jatuh dalam posisi terduduk.
- Hernia Menurut Sifatnya
a. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus
keluar jika mengejan dan masuk jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri/gejala.
b. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada
peritonial. Penatalaksanaan harus dengan operasi.
c. Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin
hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.
E.
Penatalaksanaan
Pada hernia inguinalis lateralis
responbilitas maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi
komplikasi. Pada yang iresponbilitas, maka diusahakan agar isi hernia dapat
dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit
halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal
pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan
usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan
bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi
maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan bedah pada hernia ini disebut
herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada
bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat dan
dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia
langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan
anastomois end to end.
- Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada
tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
- Operatif
Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
- Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan
kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
- Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya
residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti
seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan muskulus tranversus
internus abdominis dan muskulus oblikus internus abdominis yang dikenal dengan
nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini,
atau menjahitkan fasia tranversa musculus transversus abdominis, musculus
oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mac Vay. Bila defek cukup besar atau
terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti mersilene,
prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.
F.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Merelyn E, Doengoes (2000),
diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan Hernia Scrotalis
pasca operasi antara lain sebagai berikut:
- Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan dan proses inflamasi luka operasi.
- Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya keterbatasan rentang gerak dan ketakutan bergerak akibat dari respon nyeri dan prosedur infasive.
- Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi sekunder akibat post operasi dan efek anastesi.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan akibat prosedur invasive/ tindakan operatif dan adanya proses inflamasi luka post operasi.
- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan nyeri akibat terputusnya kontinuitas jaringan akibat prosedur invasive dan immobilisasi post operasi.
- Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan efek tekanan akibat trauma dan bedah perbaikan/insisi post operasi.
- Resiko tinggi retensi urine yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen.
- Kurang pengetahuan klien dan keluarga: potensial komplikasi Gastrointestinal yang berkenaan dengan adanya hernia post operasi dan kurangnya informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker,
C. 2008. Ensiklopedia
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Liu,
T., &Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma Publishing
Group.
Dermawan,
D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan
Medikal Bedah SistemPencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Haryono,
R. 2012. Keperawatan Medikal
Bedah Kelainan Bawaan SistemPencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nanda.
2013.Diagnosis keperawatan:
Definisi dan Klasifikasi.Jakarta:
EGC.
Reksoprodjo,
S. 2006. Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
Sjamsuhidajat
& Jong. 2010. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
No comments:
Post a Comment